Rabu, 24 Desember 2014

Cerita Kecil

Kami bermusuhan, mungkin sekitar 7-9 bulan yang lalu. Masalahnya simpel, karena kami terlalu dekat. Ya, kami sangat dekat, bahkan kita sering menghabiskan malam bersama diteras rumah sambil bercerita.
Awalnya ku kasihan padanya, dia dari keluarga miskin, ayahnya tidak tau dimana, aku merasa kami hampir senasib.

kedekatan kami bermula dari ospek, aku menjadi senior untuk regunya. Awalnya aku memperlakukan dia sama seperti adik2 angkatan yang lain. Karena usia kami berbeda 2 tahun, mereka seusia adik sepupuku. Aku sering mengejeknya karena dia lucu, aku katakan dia mirip wiro sableng. Pada suatu acara ospek hari ke-3, tiba2 panitia ospek memutar lagu wiro sableng, dengan ketawa yg khas itu loh 'uwahahahahah' ala wiro sableng. Sepontan aku ketawa sangat keras sambil menunjuk2 dia yg duduk dibangku peserta, ketawaku tidak bisa berhenti sampai lagunya habis. Dan dia terlihat sangat jengkel sambil manyun.

Kemudian saat aku mengumpulkan biodata dari semua adik2 di regu ospek ku, tanpa sengaja aku membaca biodatanya. Bak disambar petir, ternyata usianya 3 tahun lebih tua dariku, what the..... Aku merasa berdosa, mengingat begitu banyak kejadian saat ospek aku mengejeknya. Kemudian di lain kesempatan aku bertanya langsung, apakah dia benar setua itu? (Haha) ternyata benar

Aku minta maaf, dan mengaku salah sudah mengerjainya habis2 an. Kemudian sambil memegang kepalaku dia bilang 'nggak papa ndut, muka ku emang imut hahaha'. Sejak saat itu aku tidak lagi memanggilnya wiro sableng, aku memanggilnya mas hendra, dan dia memanggiku ndut. Agak sebel sih, tapi mau gimana lagi ya.
Kami saling bertukar cerita, mulai dari pacarnya hingga aku bercerita mengenai 'orang yang aku sukai'. Dia tau semua, aku menyukai orang itu, aku di cuekin, sampai aku marahan juga. Hingga suatu hari kami jarang sms maupun bertemu karena aku sibuk sebagai mahasiswa tua dan dia sibuk sebagi mahasiswa baru.

Aku kangen sekali hari itu padanya, aku mengirimkan chat bbm padanya 'mas, aku kangen'. Biasanya dia cepat membalas, tapi kali ini aku tunggu sampe malam dia tidak membalas. Hingga tiba2 ada juga balasannya, tapi betapa kagetnya aku ternyata yang membalas bbm nya adalah pacarnya. Pacarnya marah besar padaku dan memaki ku dalam chat bbm itu. Sontak aku juga tidak terima karena dibanding dia, aku lebihdulu mengenal mas hendra, dan kami teman! Iya t-e-m-a-n.

Aku biarkan percakapan kami, hingga beberapa jam kemudian mas hendra mengirimkan bbm, meminta maaf karena tadi pacarnya yg mengirim bbm karena hp nya tertinggal. Entah rasanya seperti terbakar emosi, tanpa membalas, aku hapus kontak bbm nya, sehingga kami tdk lagi berteman. Saking membaranya, aku blokir whatsapp dan meng-unfriend akun fb nya. Beberapa kali dia mengirim sms permintaan maaf, beberapa kali menelpon, tapi aku segera matikan handphone ku.

Beberapa bulan aku harus bermain kucing2an dengan nya di kampus. Aku selalu melirik ke kanan dan kekiri, melihat apakah dia ada atau tidak. Aku tidak ingin bertemu dengannya sementara waktu. Jika tanpa sengaja kau bertemu dengan dia, aku berpura-pura sok asik dengan handphone atau mengajak teman disebelahku mengobrol, lalu sesegera mungkin pergi. Kenapa aku harus bermusuhan dan diem-dieman dengan dua laki-laki sekaligus dikampus? kenapa? haduuhh. Ohya aku pernah melihatnya di sebuah pameran di Taman Budaya, dan yang lebih menyakitkan...dia bersama pacarnya. Iya! pacar yang memaki aku se-enak jidatnya itu. Aku sebel. Selama pameran itu aku sama sekali tidak fokus lihat karya, yang aku fokuskan? ke kanan, ke kiri...amit amit jangan sampai tiba-tiba..jenngjengg ketemu dia, males gila.

Hingga hariku di wisuda, aku sama sekali tidak lagi berhubungan dengan dia. Aku bahkan menghapus nomer nya. 5 bulan setelah diwisuda, aku tidak senga melihatnya dilingkungan kampus, yang aku rasakan adalah, aku merindukannya. Kedekatan kami, makan bersama, ngobrol, ngopi, chating...semuanya. Aku tidak menyapa nya, karena aku takut jika aku kembali seperti dulu, aku takut dia tidak bahagia.

Ternyata takdir berkata lain, selang sehari aku melihatnya diarea kampus, tiba-tiba dia mengirimkan chating whatsapp.
'Ndut'
'Ndut aku minta maaf'
Aku sudah merenung beberapa kali, aku kasihan padanya, sebenarnya mungkin bukan dia yg salah tapi aku. Aku yang harusnya minta maaf (atau sebenarnya aku salahkan saja pacarnya, dia tidak tahu bagaimana hubunganku dengan mas hendra, tapi dia memarahiku. Walapun jika aku berada di posisinya aku akan marah jika pacarku mendapatkan pesan teks 'aku kangen' dari perempuan lain juga sih)

Aku berusaha mengajak damai diriku sendiri dulu, aku belum membalas whatsapp nya. Aku berusaha berfikir bijak, aku berusaha berfikir dewasa. Kita bukan anak kecil lagi, aku 22 tahun dan dia 25 tahun. Sejak awal ini hanya kesalahpahaman belaka, tapi aku yg membesar-besarkan masalah ini (bukan aku sih, mungkin pacarnya haha *tetep ya gak mau salah)

Dengan hati yang sedang aku kumpulkan, aku mulai membalas whatsapnya. Tau lah, aku gak akan munkin membalas langsung pada intinya, jual mahal dikit boleh kan ya? Haha. Aku pura-pura masih setengah hati memaafkannya, padahal aku sudah merasa baikan dan senang. Dia terus mengejar untuk meminta maaf, dan menyambungkan percakapan ke hal lain agar aku membalas. Teknik jual mahal yang pertama: balaslah chat dengan singkat. Aku balas chatnya dengan 'ya' 'tidak' 'ngak tau' 'mungkin'. Lama-lama dia jengkel. Seandainya dia tau apa yang aku lakukan saat mengetik itu, aku berguling-guling sambil ketawa, dia pasti membunuhku! Haha

Kemudian mulai lah, aku sok-sok melunak dengan membalas agak panjang. Dia menanyakan kenapa aku menghapus kontak bbmnya, dan meng-unfriend facebooknya, aku tidak jawab. Ya kan? Masa aku harus jawab hatiku terbakar? Gila apa! Bisa turun reputasi highclass aku haha

Dia terus menanyakan dimana aku tinggal sekarang, karena aku pindah rumah sekarang. Tapi aku tidak jawab, karena dari rumahnya ke rumahku sekarang sangat jauh, rumahnya dekat pantai dan rumahku menuju gunung. Aku tidak ingin dia datang seperti dulu, dan membuat kami dekat kembali.
Beberapa minggu setelah itu, salah satu temanku mengadakan pameran di kampus, aku akan datang untuk memberi suport. Aku sudah takut setengah mati dirumah, bagaimana kalo aku tertangkap dia dikampus nanti? Aku sudah membayangkan yang tidak-tidak.

Benar saja, baru sampai parkiran aku bertemu dengan dia, tapi beruntung dia tidak melihatku. Dengan nyamannya aku melenggang ke arah ruang pameran, dan berbincang-bincang dengan teman-temanku.
Saat aku memalingkan wajahku ke sebelah kiri, betapa kagetnya aku, dia sudah berdiri di sampingku dengan senyum manis dan ramahnya. Jantungku hampir rontok karenanya. Dia menyapaku dan mengajakku berbicara, aku pura-pura agak males menanggapi. Dia terus saja berusaha mengajakku ngoblol dan aku pura-pura marah sampai temanku berkata 'kalian tuh ada hubungan apa sih?', aku jawab 'mantan' dan aku melirik ke arahnya di hanya tersenyum kecil. Manisnya.... Ah, aku selalu luluh dengan orang baik seperti itu, sikapnya juga dewasa, beda dengan si ehem-ehem, berkali-kali aku minta maaf aja gak dimaafin. Aku juga nggak tau salahku apa, tadi di diemin, sakit deh.

'Ndut itu makanan nya boleh dimakan?'
'Boleh'
'ambilin ndut'
'Ambil sendiri ah manja'
'Nduuut' katanya dengan muka memelas dan jarinya menusuk-nusuk bahuku.
'Hiiih' pura-pura kesal aku melangkah ke arah bufe makanan, aku melirik kecil dia mengikutiku di belakang. dan aku memilihkan roti untuknya
'Nih'...
Kemudian aku berkesempatan meninggalkan dia karena dia lagi asik makan, aku menghampiri temanku untuk berbincang, tak berapa lama dia sudah ada diujung mata melihatku, haduhh...nih orang kapan pergi sih.
'Wung, besok kalo jalan-jalan aku ikut' kataku pada temanku
'Main kemana?' Jawab temanku
'Aku ikut juga ya kalo jalan-jalan' tiba-tiba dia udah ikut saja pembicaraan kami.
'Haduhh, males'
'Nduut..'
Tingkahnya membuatku geli.

Aku berusaha mencari kesempatan untuk menginggalkannya sejauh mungkin, aku ketakutan jika kita terlalu dekat, hal itu terulang. Akhirnya aku duduk di pojok bergabung dengan teman-teman yang lain, nggak tau asal aja yang penting kalo posisi aku duduk bareng temen-temen ku nggak mungkin kan dia ikut nimbrung disini? hihi *ide aku cerdas bingit ya

AKu perhatikan dia berjalan-jalan melihat karya yang ada, sesekali dia melihat ke arahku dan tau aku sedang ngobrol dengan teman-temanku. Hingga dia tiba-tiba berhenti di depanku. DIa melihat kearah kiriku, sambil senyum. Nggak tau maksudnya. Aku mencoba melihat, emangnya ada apa ya disebelah kiri? haduuh...ternyata ada kursi kosong. Mati mati...gimana nih, pasti dia mau duduk disitu? haduh panik lah aku, karena dia beneran jalan kearah ku. apes apes, ternyata dia kenal dengan teman yang aku ajak ngobrol, haduh nyambung aja deh mereka. Yaudah lah takut salah-salah, aku ambil aja handphone, biasa..jurus andalan...pura-pura sibuk sama smartphone biar kelihatan smart.

Dia akhirnya berdiri tepat disampingku mengamatiku bermain handphone, aku suka lirik-lirik dikit biar tau kondisi terkini lah. Ketika teman-temanku asik ngobrol dengan yang lain, tiba-tiba dia mencolek-colek aku lagi, persis seperti anak kecil. Dengan cari telunjuknya dia mencolek-colek lenganku
'Nduutt'
'ih..apa sih?'
'kamu belum jawab kenapa kamu dekon bbm ku?'
'masa sih? kamu kali yang delkon' hahaha jawaban peres ah
'enggak, kamu kok'
aku jadi teringat kenangan buruk itu lagi kan jadinya, langsung deh agak anget hati gue..
'heh, yang mulai siapa duluan? aku gak suka, makanya tak delkon'
'yaudah yaudah, cepet sini mana handphonemu'
'ngapain?'
'cepet barcode bbm...'
kami jadi tatap-tapan kan, aku jadi melihat tahi lalat di rahang kanan nya, aku suka lihat tahi lalat dia, karena semua letaknya manis. Di hidung dan di rahang kanan, tapi tidak lama...aku takut ketahuan lagi liatin mukanya lah. Langsung aku buka kan bbm, dan aku buka barcode, sementara dia sudah siap dengan handphone nya. 'hih! nggak sabaran banget' kataku. langsung deh invite itu datang. oke finish.
'makasih ya ndut, aku pulang dulu ya..'
'hmm'
aku melihat dia tersenyum, aku langsung melihat temannya yang sedari tadi disebelahnya kayak benalu, 'uum mas, tolong nya nanti dipejalanan pulang kalo liat selokan, jorokin dia (nunjuk mas hendra)'
'jangan gitu nduut' katanya sambil manyun. temannya hanya ketawa.
setelah itu aku biarkan dia berlalu. oke setelah itu nasib ku tidak berakhir disitu, karena tiba -tiba disebelah kanan, ujung mataku melihat mas ehem-ehem datang dan duduk. hm! kayaknya nggak perlu dibahas ya, degub jantungku rasanya mau meloncat ke luar, aku sangat merindukannya. Tapi seperti tulisan ini, rinduku padanya hanya sebatas tulisan, tidak pernah terwujud.

Selasa, 18 November 2014

November...

dimusim penghujan di pertengahan bulan November...

Berusaha melupakan seseorang. Jika berusaha, pasti itu bisa. Alihkan semua yang mengingatkan mu tentang dia, melupakan hal-hal yang besar sampai sekecil-kecilnya.
Dan aku sukses melakukannya, melupakanmu.

Tapi....

Itu hanya berlaku beberapa bulan. Saat kamu bertemu dengan hal yang tidak sengaja mengingatkan mu pada orang serta kenangan itu, rasanya...sakit yang berkali lipat lebih terasa daripada saat kamu berusaha melupakan dia.

 Hanya diri sendiri sendiri saja yang bisa memahami perasaan seperti ini. Bahkan ketika kita bercerita dengan orang lain pun, mereka tidak akan mengerti. Rasa rindu yang tertahan, rasa penyesalan, rasa sayang atau rasa apapun saat ini menggenai dia, hanya bisa menyiksa rasanya.

Kadang ingin sekali saja bertemu, untuk melegakan apa yang terganjal selama ini. Berbicara, dan menatap mata nya, sebentar saja. 

Tapi apakah ini takdir? Kita berpisah seperti ini. Terhubung dalam dunia maya dan nomor ponsel yang sama sekali tidak berguna, karena tidak pernah ada kata menyapa dari dia... 

Aku ingin memulai terlebih dahulu, tapi aku takut dia masih membenci. Apakah masa lalu itu begitu melukai hatimu? Sejujurnya apakah kita sama-sama terluka? Atau hanya aku yang merasa terluka begitu dalam, sampai tak bisa melupakanmu. Seperti papan yang sudah terukir oleh cukil, terlalu dalam, sehingga tinta pun tak mungkin bisa menyentuhnya

Bulan November, aku merindukanmu...
disaat hujan, dan disaat kita berpisah.

Minggu, 21 September 2014

21 September 2014
belakangan ini udara terasa sangat menyesakkan tenggorokan dan membuat hatiku terasa tercekik. mungkin bukan udara, tapi perasaan yang membuat semua terasa begitu menyakitkan.
malam ini aku menghabiskan waktu untuk menyanyikan beberapa lagu. aku membayangkan bernyanyi di sebuah cafe.
satu lagu, dua, lagu, tiga lagu, dan empat lagu. sepertinya ada yang menetes dibalik kelopak mataku.
terus ku nyanyikan bait demi bait lagu yang sedang aku putar lewat telpon genggam. dan aku berhenti, menyadari bantalku sudah basah.

ha...dadaku terasa sesak dan sakit, tapi aku sendiri tidak tahu kenapa. mungkin belakangan ini semua terakumulasi hingga menjadi penuh dan tumpah begitu saja.
ha...ini bukan pertama kali aku mengalaminya. hampir semua masalah aku mulai dengan bernyanyi, berharap beberapa musisi itu mampu menghiburku dan aku mampu menghibur diriku sendiri. ternyata satu-satunya yang dapat menghibur dan melegakan adalah bersembunyi dibalik bantal dan pura-pura masih bernyanyi padahal aku sedang.....haha huft...
aku suka disini, dibawah bantal.

melihat blackberry messenger, facebook dan sosial media lainnya hanya akan memperburuk perasaanku. aku ingin ke tempat yang sepi, aku ingin ke bulan..
ya allah, kenapa kau begitu sempurna menciptakan hati untuk merasakan hal-hal yang kadang sangat ingin dirasakan, tapi kadang sulit dan sama sekali tidak ingin dirasakan..

menyedihkan, aku ingin terus menghibur diriku sendiri, terus menghibur, menghibur...kemudian aku merasa hal ini sudah terlampau sia-sia dan tak berguna haha. haha dan haha. aku terus saja menulis kata haha, padahal tak sedikitpun aku merasa ingin mengucapkan haha. aku aneh, dan aku tahu itu. ha...aku sedih, tapi aku tidak bisa sedih, karena aku aneh.

Minggu, 07 September 2014

give me a paw

Aku seperti daun yang dipaksa gugur sebelum waktunya. Terasa hangat ketika bersama ranting. Tapi ini mungkin sebuah takdir, takdir baru namun terasa sangat berbeda.

Jika ini cinta, mengapa tidak terasa seperti saat mencintaimu. Jika saat ini aku bersama dengan cinta, tapi bagiku cintaku sudah habis untukmu.

Aku seperti sudah tidak mengenal bagaimana rasanya mencintai, semua seperti terasa palsu. Meski hati itu terasa lebih hangat dari milikmu, terasa lebih nyaman, terasa lebih-lebih-lebih dari yang kamu miliki.. Tapi ini bukan cinta.

Aku seperti kembali seperti anak SD yang harus mulai belajar mengerti matematika dari awal. Mempelajari huruf satu demi satu. Aku merasa buta...

Seakan ingin aku tutupi hatiku dengan kedua tanganku, jika mampu. Terasa seperti terpaksa karena hatiku entah berada dimana. Aku tidak bisa mencintainya, aku merasa tidak mampu untuk mencintai lainnya.

Kalau saat itu aku tidak pernah mencintaimu, kalau saja hatiku tidak pernah terluka, kalau saja kamu tahu betapa aku mencintaimu saat itu. 


Jumat, 18 Juli 2014

dicintaku

Rindu, aku merindukanmu… dengan cinta, aku mencintaimu. Aku ingin merasa nyaman untuk mengenangmu, meski hanya dalam hitungan detik
Tapi aku selalu merasa tidak mendapat restumu meski hanya sekedar merindukanmu disini.
Menaruh sebelah hatiku disana, tapi justru sekarang aku sudah kehilanganmu. Mungkin aku sudah melewatkan hatimu untuk selamanya.

Aku hanya diam, tidak bisa ku katakan maksud hatiku yang terdalam untukmu.
Sudah terlambatkah? Dan sekarang kita bahkan tidak bisa lagi bertemu.
Aku mencintaimu, tanpa restumu…
Aku mencintaimu, didalam masa lalu…
Aku mencintaimu, dengan hati yang kau lukai…

Sabtu, 31 Mei 2014

satu

iya, aku juga merasa aneh..
ternyata ada jutaan bahkan milyaran manusia yang tercipta dimuka bumi ini, tapi kadang kita hanya butuh SATU orang yang akan paling kita cintai dan sayangi didunia ini. Dan aku sudah punya janji, atau semacam keyakinan bahwa aku hanya butuh satu tidak akan lebih untuk manusia yang seperti itu.

Aku tidak peduli betapa ada banyak, bahkan sampai lebih dari tiga milyar manusia ganteng diluar sana, tapi karena tanganku hanya ada dua, satu tangan untuk menjaga diriku sendiri, dan satu tangan akan ku percayakan kepada satu orang saja untuk dia pegang dengan erat.

Sampai pada bulan Juni ke-22, aku tidak tahu dimana satu orang itu bersembunyi. rasanya selalu saja aku menemui orang yang salah, atau mungkin belum tepat. jangan-jangan dia sudah aku lewatkan?  tidak ah, insyaallah dia masih berada ditempatnya, sedang bersiap-siap untuk datang kesini..

Aku sudah melewati banyak sekali jalan terjal yang berbatu dan berlubang disetiap badan jalan. kadang rasanya ingin cepat memasuki area jalan tol, tapi sejauh ini sepertinya jalan tol masih beberapa ratus kilometer lagi dari sini. Dijalan berbatu yang seperti ini, aku justru lebih bisa menikmati keindahan dunia, meski kadang indahnya sampai membuat air mataku mengalir.

hei, aku masih disini... aku masih berdiri dengan kedua kaki ku yang kadang bergetar karena hatiku sedang lara. Tidak bisa kujumpai lagi, orang itu. Setiap hari, setiap melihatnya rasanya tubuhku bergetar sampai kadang hatiku membuat diriku sendiri malu, karena mataku tak bisa lepas saat melihatnya.

hehe, rasanya geli saat mengingat saat-saat itu. Hampir setiap hari aku melihatnya, hampir setiap pagi sampai sore aku pasti bisa memastikan keberadaannya, meski kita tidak saling menyapa, meski kadang juga dia tidak melihat aku disekitarnya. Sedikit menyakitkan, tapi aku bisa menerimanya dengan hati yang aku paksakan se-ikhlas-ikhlas-nya. Sekarang dia dimana, sedang apa, atau bagaimana aku tidak lagi tahu....

Semoga masa depan kita akan indah. Meski indah menurut dia pasti jauh lebih indah daripada indah menurutku. Semoga kita akan bahagia dengan masa depan kita kelak :)

Jumat, 14 Maret 2014

karena itu kamu

aku terus merasa takut karena mencintaimu
aku takut jika kamu semakin menjauh jika aku dekat,
bahkan aku sampai tidak bisa berbicara seperti orang bodoh

didalam hatiku, merana karena memikirkanmu
aku hanya menghela nafas, sedalam yang aku mampu
sungguh rasanya menyakitkan, karena mu

karena itu kamu. karena untukmu, aku mencintaimu
aku dapat menahannya selama ini
karena aku hanya mencintaimu sejak awal

karena semua hal itu adalah kamu. karena itu kamu, yang aku rindukan, aku mencintaimu
rasa sakit yang begitu banyak, begitu sulit karena itu kamu, aku baik-baik saja..

aku selalu merasa khawatir
aku melihatmu, aku menunggumu, dan yang kudapat hanya kelelahan
karena kamu, aku sedih

karena itu kamu, karena itu kamu yang aku cinta
karena itu kamu, karena itu kamu aku merindukanmu, aku mencintaimu
aku menjadi serakah, aku terus merasa putus asa
karena itu kamu, karena semua itu adalah kamu