Kami
bermusuhan, mungkin sekitar 7-9 bulan yang lalu. Masalahnya simpel,
karena kami terlalu dekat. Ya, kami sangat dekat, bahkan kita sering
menghabiskan malam bersama diteras rumah sambil bercerita.
Awalnya ku kasihan padanya, dia dari keluarga miskin, ayahnya tidak tau dimana, aku merasa kami hampir senasib.
kedekatan kami bermula dari ospek, aku menjadi senior untuk regunya. Awalnya aku memperlakukan dia sama seperti adik2 angkatan yang lain. Karena usia kami berbeda 2 tahun, mereka seusia adik sepupuku. Aku sering mengejeknya karena dia lucu, aku katakan dia mirip wiro sableng. Pada suatu acara ospek hari ke-3, tiba2 panitia ospek memutar lagu wiro sableng, dengan ketawa yg khas itu loh 'uwahahahahah' ala wiro sableng. Sepontan aku ketawa sangat keras sambil menunjuk2 dia yg duduk dibangku peserta, ketawaku tidak bisa berhenti sampai lagunya habis. Dan dia terlihat sangat jengkel sambil manyun.
Kemudian saat aku mengumpulkan biodata dari semua adik2 di regu ospek ku, tanpa sengaja aku membaca biodatanya. Bak disambar petir, ternyata usianya 3 tahun lebih tua dariku, what the..... Aku merasa berdosa, mengingat begitu banyak kejadian saat ospek aku mengejeknya. Kemudian di lain kesempatan aku bertanya langsung, apakah dia benar setua itu? (Haha) ternyata benar
Aku minta maaf, dan mengaku salah sudah mengerjainya habis2 an. Kemudian sambil memegang kepalaku dia bilang 'nggak papa ndut, muka ku emang imut hahaha'. Sejak saat itu aku tidak lagi memanggilnya wiro sableng, aku memanggilnya mas hendra, dan dia memanggiku ndut. Agak sebel sih, tapi mau gimana lagi ya.
Kami saling bertukar cerita, mulai dari pacarnya hingga aku bercerita mengenai 'orang yang aku sukai'. Dia tau semua, aku menyukai orang itu, aku di cuekin, sampai aku marahan juga. Hingga suatu hari kami jarang sms maupun bertemu karena aku sibuk sebagai mahasiswa tua dan dia sibuk sebagi mahasiswa baru.
Aku kangen sekali hari itu padanya, aku mengirimkan chat bbm padanya 'mas, aku kangen'. Biasanya dia cepat membalas, tapi kali ini aku tunggu sampe malam dia tidak membalas. Hingga tiba2 ada juga balasannya, tapi betapa kagetnya aku ternyata yang membalas bbm nya adalah pacarnya. Pacarnya marah besar padaku dan memaki ku dalam chat bbm itu. Sontak aku juga tidak terima karena dibanding dia, aku lebihdulu mengenal mas hendra, dan kami teman! Iya t-e-m-a-n.
Aku biarkan percakapan kami, hingga beberapa jam kemudian mas hendra mengirimkan bbm, meminta maaf karena tadi pacarnya yg mengirim bbm karena hp nya tertinggal. Entah rasanya seperti terbakar emosi, tanpa membalas, aku hapus kontak bbm nya, sehingga kami tdk lagi berteman. Saking membaranya, aku blokir whatsapp dan meng-unfriend akun fb nya. Beberapa kali dia mengirim sms permintaan maaf, beberapa kali menelpon, tapi aku segera matikan handphone ku.
Beberapa bulan aku harus bermain kucing2an dengan nya di kampus. Aku selalu melirik ke kanan dan kekiri, melihat apakah dia ada atau tidak. Aku tidak ingin bertemu dengannya sementara waktu. Jika tanpa sengaja kau bertemu dengan dia, aku berpura-pura sok asik dengan handphone atau mengajak teman disebelahku mengobrol, lalu sesegera mungkin pergi. Kenapa aku harus bermusuhan dan diem-dieman dengan dua laki-laki sekaligus dikampus? kenapa? haduuhh. Ohya aku pernah melihatnya di sebuah pameran di Taman Budaya, dan yang lebih menyakitkan...dia bersama pacarnya. Iya! pacar yang memaki aku se-enak jidatnya itu. Aku sebel. Selama pameran itu aku sama sekali tidak fokus lihat karya, yang aku fokuskan? ke kanan, ke kiri...amit amit jangan sampai tiba-tiba..jenngjengg ketemu dia, males gila.
Hingga hariku di wisuda, aku sama sekali tidak lagi berhubungan dengan dia. Aku bahkan menghapus nomer nya. 5 bulan setelah diwisuda, aku tidak senga melihatnya dilingkungan kampus, yang aku rasakan adalah, aku merindukannya. Kedekatan kami, makan bersama, ngobrol, ngopi, chating...semuanya. Aku tidak menyapa nya, karena aku takut jika aku kembali seperti dulu, aku takut dia tidak bahagia.
Ternyata takdir berkata lain, selang sehari aku melihatnya diarea kampus, tiba-tiba dia mengirimkan chating whatsapp.
'Ndut'
'Ndut aku minta maaf'
Aku sudah merenung beberapa kali, aku kasihan padanya, sebenarnya mungkin bukan dia yg salah tapi aku. Aku yang harusnya minta maaf (atau sebenarnya aku salahkan saja pacarnya, dia tidak tahu bagaimana hubunganku dengan mas hendra, tapi dia memarahiku. Walapun jika aku berada di posisinya aku akan marah jika pacarku mendapatkan pesan teks 'aku kangen' dari perempuan lain juga sih)
Aku berusaha mengajak damai diriku sendiri dulu, aku belum membalas whatsapp nya. Aku berusaha berfikir bijak, aku berusaha berfikir dewasa. Kita bukan anak kecil lagi, aku 22 tahun dan dia 25 tahun. Sejak awal ini hanya kesalahpahaman belaka, tapi aku yg membesar-besarkan masalah ini (bukan aku sih, mungkin pacarnya haha *tetep ya gak mau salah)
Dengan hati yang sedang aku kumpulkan, aku mulai membalas whatsapnya. Tau lah, aku gak akan munkin membalas langsung pada intinya, jual mahal dikit boleh kan ya? Haha. Aku pura-pura masih setengah hati memaafkannya, padahal aku sudah merasa baikan dan senang. Dia terus mengejar untuk meminta maaf, dan menyambungkan percakapan ke hal lain agar aku membalas. Teknik jual mahal yang pertama: balaslah chat dengan singkat. Aku balas chatnya dengan 'ya' 'tidak' 'ngak tau' 'mungkin'. Lama-lama dia jengkel. Seandainya dia tau apa yang aku lakukan saat mengetik itu, aku berguling-guling sambil ketawa, dia pasti membunuhku! Haha
Kemudian mulai lah, aku sok-sok melunak dengan membalas agak panjang. Dia menanyakan kenapa aku menghapus kontak bbmnya, dan meng-unfriend facebooknya, aku tidak jawab. Ya kan? Masa aku harus jawab hatiku terbakar? Gila apa! Bisa turun reputasi highclass aku haha
Dia terus menanyakan dimana aku tinggal sekarang, karena aku pindah rumah sekarang. Tapi aku tidak jawab, karena dari rumahnya ke rumahku sekarang sangat jauh, rumahnya dekat pantai dan rumahku menuju gunung. Aku tidak ingin dia datang seperti dulu, dan membuat kami dekat kembali.
Beberapa minggu setelah itu, salah satu temanku mengadakan pameran di kampus, aku akan datang untuk memberi suport. Aku sudah takut setengah mati dirumah, bagaimana kalo aku tertangkap dia dikampus nanti? Aku sudah membayangkan yang tidak-tidak.
Benar saja, baru sampai parkiran aku bertemu dengan dia, tapi beruntung dia tidak melihatku. Dengan nyamannya aku melenggang ke arah ruang pameran, dan berbincang-bincang dengan teman-temanku.
Saat aku memalingkan wajahku ke sebelah kiri, betapa kagetnya aku, dia sudah berdiri di sampingku dengan senyum manis dan ramahnya. Jantungku hampir rontok karenanya. Dia menyapaku dan mengajakku berbicara, aku pura-pura agak males menanggapi. Dia terus saja berusaha mengajakku ngoblol dan aku pura-pura marah sampai temanku berkata 'kalian tuh ada hubungan apa sih?', aku jawab 'mantan' dan aku melirik ke arahnya di hanya tersenyum kecil. Manisnya.... Ah, aku selalu luluh dengan orang baik seperti itu, sikapnya juga dewasa, beda dengan si ehem-ehem, berkali-kali aku minta maaf aja gak dimaafin. Aku juga nggak tau salahku apa, tadi di diemin, sakit deh.
'Ndut itu makanan nya boleh dimakan?'
'Boleh'
'ambilin ndut'
'Ambil sendiri ah manja'
'Nduuut' katanya dengan muka memelas dan jarinya menusuk-nusuk bahuku.
'Hiiih' pura-pura kesal aku melangkah ke arah bufe makanan, aku melirik kecil dia mengikutiku di belakang. dan aku memilihkan roti untuknya
'Nih'...
Kemudian aku berkesempatan meninggalkan dia karena dia lagi asik makan, aku menghampiri temanku untuk berbincang, tak berapa lama dia sudah ada diujung mata melihatku, haduhh...nih orang kapan pergi sih.
'Wung, besok kalo jalan-jalan aku ikut' kataku pada temanku
'Main kemana?' Jawab temanku
'Aku ikut juga ya kalo jalan-jalan' tiba-tiba dia udah ikut saja pembicaraan kami.
'Haduhh, males'
'Nduut..'
Tingkahnya membuatku geli.
Aku berusaha mencari kesempatan untuk menginggalkannya sejauh mungkin, aku ketakutan jika kita terlalu dekat, hal itu terulang. Akhirnya aku duduk di pojok bergabung dengan teman-teman yang lain, nggak tau asal aja yang penting kalo posisi aku duduk bareng temen-temen ku nggak mungkin kan dia ikut nimbrung disini? hihi *ide aku cerdas bingit ya
AKu perhatikan dia berjalan-jalan melihat karya yang ada, sesekali dia melihat ke arahku dan tau aku sedang ngobrol dengan teman-temanku. Hingga dia tiba-tiba berhenti di depanku. DIa melihat kearah kiriku, sambil senyum. Nggak tau maksudnya. Aku mencoba melihat, emangnya ada apa ya disebelah kiri? haduuh...ternyata ada kursi kosong. Mati mati...gimana nih, pasti dia mau duduk disitu? haduh panik lah aku, karena dia beneran jalan kearah ku. apes apes, ternyata dia kenal dengan teman yang aku ajak ngobrol, haduh nyambung aja deh mereka. Yaudah lah takut salah-salah, aku ambil aja handphone, biasa..jurus andalan...pura-pura sibuk sama smartphone biar kelihatan smart.
Dia akhirnya berdiri tepat disampingku mengamatiku bermain handphone, aku suka lirik-lirik dikit biar tau kondisi terkini lah. Ketika teman-temanku asik ngobrol dengan yang lain, tiba-tiba dia mencolek-colek aku lagi, persis seperti anak kecil. Dengan cari telunjuknya dia mencolek-colek lenganku
'Nduutt'
'ih..apa sih?'
'kamu belum jawab kenapa kamu dekon bbm ku?'
'masa sih? kamu kali yang delkon' hahaha jawaban peres ah
'enggak, kamu kok'
aku jadi teringat kenangan buruk itu lagi kan jadinya, langsung deh agak anget hati gue..
'heh, yang mulai siapa duluan? aku gak suka, makanya tak delkon'
'yaudah yaudah, cepet sini mana handphonemu'
'ngapain?'
'cepet barcode bbm...'
kami jadi tatap-tapan kan, aku jadi melihat tahi lalat di rahang kanan nya, aku suka lihat tahi lalat dia, karena semua letaknya manis. Di hidung dan di rahang kanan, tapi tidak lama...aku takut ketahuan lagi liatin mukanya lah. Langsung aku buka kan bbm, dan aku buka barcode, sementara dia sudah siap dengan handphone nya. 'hih! nggak sabaran banget' kataku. langsung deh invite itu datang. oke finish.
'makasih ya ndut, aku pulang dulu ya..'
'hmm'
aku melihat dia tersenyum, aku langsung melihat temannya yang sedari tadi disebelahnya kayak benalu, 'uum mas, tolong nya nanti dipejalanan pulang kalo liat selokan, jorokin dia (nunjuk mas hendra)'
'jangan gitu nduut' katanya sambil manyun. temannya hanya ketawa.
setelah itu aku biarkan dia berlalu. oke setelah itu nasib ku tidak berakhir disitu, karena tiba -tiba disebelah kanan, ujung mataku melihat mas ehem-ehem datang dan duduk. hm! kayaknya nggak perlu dibahas ya, degub jantungku rasanya mau meloncat ke luar, aku sangat merindukannya. Tapi seperti tulisan ini, rinduku padanya hanya sebatas tulisan, tidak pernah terwujud.
Awalnya ku kasihan padanya, dia dari keluarga miskin, ayahnya tidak tau dimana, aku merasa kami hampir senasib.
kedekatan kami bermula dari ospek, aku menjadi senior untuk regunya. Awalnya aku memperlakukan dia sama seperti adik2 angkatan yang lain. Karena usia kami berbeda 2 tahun, mereka seusia adik sepupuku. Aku sering mengejeknya karena dia lucu, aku katakan dia mirip wiro sableng. Pada suatu acara ospek hari ke-3, tiba2 panitia ospek memutar lagu wiro sableng, dengan ketawa yg khas itu loh 'uwahahahahah' ala wiro sableng. Sepontan aku ketawa sangat keras sambil menunjuk2 dia yg duduk dibangku peserta, ketawaku tidak bisa berhenti sampai lagunya habis. Dan dia terlihat sangat jengkel sambil manyun.
Kemudian saat aku mengumpulkan biodata dari semua adik2 di regu ospek ku, tanpa sengaja aku membaca biodatanya. Bak disambar petir, ternyata usianya 3 tahun lebih tua dariku, what the..... Aku merasa berdosa, mengingat begitu banyak kejadian saat ospek aku mengejeknya. Kemudian di lain kesempatan aku bertanya langsung, apakah dia benar setua itu? (Haha) ternyata benar
Aku minta maaf, dan mengaku salah sudah mengerjainya habis2 an. Kemudian sambil memegang kepalaku dia bilang 'nggak papa ndut, muka ku emang imut hahaha'. Sejak saat itu aku tidak lagi memanggilnya wiro sableng, aku memanggilnya mas hendra, dan dia memanggiku ndut. Agak sebel sih, tapi mau gimana lagi ya.
Kami saling bertukar cerita, mulai dari pacarnya hingga aku bercerita mengenai 'orang yang aku sukai'. Dia tau semua, aku menyukai orang itu, aku di cuekin, sampai aku marahan juga. Hingga suatu hari kami jarang sms maupun bertemu karena aku sibuk sebagai mahasiswa tua dan dia sibuk sebagi mahasiswa baru.
Aku kangen sekali hari itu padanya, aku mengirimkan chat bbm padanya 'mas, aku kangen'. Biasanya dia cepat membalas, tapi kali ini aku tunggu sampe malam dia tidak membalas. Hingga tiba2 ada juga balasannya, tapi betapa kagetnya aku ternyata yang membalas bbm nya adalah pacarnya. Pacarnya marah besar padaku dan memaki ku dalam chat bbm itu. Sontak aku juga tidak terima karena dibanding dia, aku lebihdulu mengenal mas hendra, dan kami teman! Iya t-e-m-a-n.
Aku biarkan percakapan kami, hingga beberapa jam kemudian mas hendra mengirimkan bbm, meminta maaf karena tadi pacarnya yg mengirim bbm karena hp nya tertinggal. Entah rasanya seperti terbakar emosi, tanpa membalas, aku hapus kontak bbm nya, sehingga kami tdk lagi berteman. Saking membaranya, aku blokir whatsapp dan meng-unfriend akun fb nya. Beberapa kali dia mengirim sms permintaan maaf, beberapa kali menelpon, tapi aku segera matikan handphone ku.
Beberapa bulan aku harus bermain kucing2an dengan nya di kampus. Aku selalu melirik ke kanan dan kekiri, melihat apakah dia ada atau tidak. Aku tidak ingin bertemu dengannya sementara waktu. Jika tanpa sengaja kau bertemu dengan dia, aku berpura-pura sok asik dengan handphone atau mengajak teman disebelahku mengobrol, lalu sesegera mungkin pergi. Kenapa aku harus bermusuhan dan diem-dieman dengan dua laki-laki sekaligus dikampus? kenapa? haduuhh. Ohya aku pernah melihatnya di sebuah pameran di Taman Budaya, dan yang lebih menyakitkan...dia bersama pacarnya. Iya! pacar yang memaki aku se-enak jidatnya itu. Aku sebel. Selama pameran itu aku sama sekali tidak fokus lihat karya, yang aku fokuskan? ke kanan, ke kiri...amit amit jangan sampai tiba-tiba..jenngjengg ketemu dia, males gila.
Hingga hariku di wisuda, aku sama sekali tidak lagi berhubungan dengan dia. Aku bahkan menghapus nomer nya. 5 bulan setelah diwisuda, aku tidak senga melihatnya dilingkungan kampus, yang aku rasakan adalah, aku merindukannya. Kedekatan kami, makan bersama, ngobrol, ngopi, chating...semuanya. Aku tidak menyapa nya, karena aku takut jika aku kembali seperti dulu, aku takut dia tidak bahagia.
Ternyata takdir berkata lain, selang sehari aku melihatnya diarea kampus, tiba-tiba dia mengirimkan chating whatsapp.
'Ndut'
'Ndut aku minta maaf'
Aku sudah merenung beberapa kali, aku kasihan padanya, sebenarnya mungkin bukan dia yg salah tapi aku. Aku yang harusnya minta maaf (atau sebenarnya aku salahkan saja pacarnya, dia tidak tahu bagaimana hubunganku dengan mas hendra, tapi dia memarahiku. Walapun jika aku berada di posisinya aku akan marah jika pacarku mendapatkan pesan teks 'aku kangen' dari perempuan lain juga sih)
Aku berusaha mengajak damai diriku sendiri dulu, aku belum membalas whatsapp nya. Aku berusaha berfikir bijak, aku berusaha berfikir dewasa. Kita bukan anak kecil lagi, aku 22 tahun dan dia 25 tahun. Sejak awal ini hanya kesalahpahaman belaka, tapi aku yg membesar-besarkan masalah ini (bukan aku sih, mungkin pacarnya haha *tetep ya gak mau salah)
Dengan hati yang sedang aku kumpulkan, aku mulai membalas whatsapnya. Tau lah, aku gak akan munkin membalas langsung pada intinya, jual mahal dikit boleh kan ya? Haha. Aku pura-pura masih setengah hati memaafkannya, padahal aku sudah merasa baikan dan senang. Dia terus mengejar untuk meminta maaf, dan menyambungkan percakapan ke hal lain agar aku membalas. Teknik jual mahal yang pertama: balaslah chat dengan singkat. Aku balas chatnya dengan 'ya' 'tidak' 'ngak tau' 'mungkin'. Lama-lama dia jengkel. Seandainya dia tau apa yang aku lakukan saat mengetik itu, aku berguling-guling sambil ketawa, dia pasti membunuhku! Haha
Kemudian mulai lah, aku sok-sok melunak dengan membalas agak panjang. Dia menanyakan kenapa aku menghapus kontak bbmnya, dan meng-unfriend facebooknya, aku tidak jawab. Ya kan? Masa aku harus jawab hatiku terbakar? Gila apa! Bisa turun reputasi highclass aku haha
Dia terus menanyakan dimana aku tinggal sekarang, karena aku pindah rumah sekarang. Tapi aku tidak jawab, karena dari rumahnya ke rumahku sekarang sangat jauh, rumahnya dekat pantai dan rumahku menuju gunung. Aku tidak ingin dia datang seperti dulu, dan membuat kami dekat kembali.
Beberapa minggu setelah itu, salah satu temanku mengadakan pameran di kampus, aku akan datang untuk memberi suport. Aku sudah takut setengah mati dirumah, bagaimana kalo aku tertangkap dia dikampus nanti? Aku sudah membayangkan yang tidak-tidak.
Benar saja, baru sampai parkiran aku bertemu dengan dia, tapi beruntung dia tidak melihatku. Dengan nyamannya aku melenggang ke arah ruang pameran, dan berbincang-bincang dengan teman-temanku.
Saat aku memalingkan wajahku ke sebelah kiri, betapa kagetnya aku, dia sudah berdiri di sampingku dengan senyum manis dan ramahnya. Jantungku hampir rontok karenanya. Dia menyapaku dan mengajakku berbicara, aku pura-pura agak males menanggapi. Dia terus saja berusaha mengajakku ngoblol dan aku pura-pura marah sampai temanku berkata 'kalian tuh ada hubungan apa sih?', aku jawab 'mantan' dan aku melirik ke arahnya di hanya tersenyum kecil. Manisnya.... Ah, aku selalu luluh dengan orang baik seperti itu, sikapnya juga dewasa, beda dengan si ehem-ehem, berkali-kali aku minta maaf aja gak dimaafin. Aku juga nggak tau salahku apa, tadi di diemin, sakit deh.
'Ndut itu makanan nya boleh dimakan?'
'Boleh'
'ambilin ndut'
'Ambil sendiri ah manja'
'Nduuut' katanya dengan muka memelas dan jarinya menusuk-nusuk bahuku.
'Hiiih' pura-pura kesal aku melangkah ke arah bufe makanan, aku melirik kecil dia mengikutiku di belakang. dan aku memilihkan roti untuknya
'Nih'...
Kemudian aku berkesempatan meninggalkan dia karena dia lagi asik makan, aku menghampiri temanku untuk berbincang, tak berapa lama dia sudah ada diujung mata melihatku, haduhh...nih orang kapan pergi sih.
'Wung, besok kalo jalan-jalan aku ikut' kataku pada temanku
'Main kemana?' Jawab temanku
'Aku ikut juga ya kalo jalan-jalan' tiba-tiba dia udah ikut saja pembicaraan kami.
'Haduhh, males'
'Nduut..'
Tingkahnya membuatku geli.
Aku berusaha mencari kesempatan untuk menginggalkannya sejauh mungkin, aku ketakutan jika kita terlalu dekat, hal itu terulang. Akhirnya aku duduk di pojok bergabung dengan teman-teman yang lain, nggak tau asal aja yang penting kalo posisi aku duduk bareng temen-temen ku nggak mungkin kan dia ikut nimbrung disini? hihi *ide aku cerdas bingit ya
AKu perhatikan dia berjalan-jalan melihat karya yang ada, sesekali dia melihat ke arahku dan tau aku sedang ngobrol dengan teman-temanku. Hingga dia tiba-tiba berhenti di depanku. DIa melihat kearah kiriku, sambil senyum. Nggak tau maksudnya. Aku mencoba melihat, emangnya ada apa ya disebelah kiri? haduuh...ternyata ada kursi kosong. Mati mati...gimana nih, pasti dia mau duduk disitu? haduh panik lah aku, karena dia beneran jalan kearah ku. apes apes, ternyata dia kenal dengan teman yang aku ajak ngobrol, haduh nyambung aja deh mereka. Yaudah lah takut salah-salah, aku ambil aja handphone, biasa..jurus andalan...pura-pura sibuk sama smartphone biar kelihatan smart.
Dia akhirnya berdiri tepat disampingku mengamatiku bermain handphone, aku suka lirik-lirik dikit biar tau kondisi terkini lah. Ketika teman-temanku asik ngobrol dengan yang lain, tiba-tiba dia mencolek-colek aku lagi, persis seperti anak kecil. Dengan cari telunjuknya dia mencolek-colek lenganku
'Nduutt'
'ih..apa sih?'
'kamu belum jawab kenapa kamu dekon bbm ku?'
'masa sih? kamu kali yang delkon' hahaha jawaban peres ah
'enggak, kamu kok'
aku jadi teringat kenangan buruk itu lagi kan jadinya, langsung deh agak anget hati gue..
'heh, yang mulai siapa duluan? aku gak suka, makanya tak delkon'
'yaudah yaudah, cepet sini mana handphonemu'
'ngapain?'
'cepet barcode bbm...'
kami jadi tatap-tapan kan, aku jadi melihat tahi lalat di rahang kanan nya, aku suka lihat tahi lalat dia, karena semua letaknya manis. Di hidung dan di rahang kanan, tapi tidak lama...aku takut ketahuan lagi liatin mukanya lah. Langsung aku buka kan bbm, dan aku buka barcode, sementara dia sudah siap dengan handphone nya. 'hih! nggak sabaran banget' kataku. langsung deh invite itu datang. oke finish.
'makasih ya ndut, aku pulang dulu ya..'
'hmm'
aku melihat dia tersenyum, aku langsung melihat temannya yang sedari tadi disebelahnya kayak benalu, 'uum mas, tolong nya nanti dipejalanan pulang kalo liat selokan, jorokin dia (nunjuk mas hendra)'
'jangan gitu nduut' katanya sambil manyun. temannya hanya ketawa.
setelah itu aku biarkan dia berlalu. oke setelah itu nasib ku tidak berakhir disitu, karena tiba -tiba disebelah kanan, ujung mataku melihat mas ehem-ehem datang dan duduk. hm! kayaknya nggak perlu dibahas ya, degub jantungku rasanya mau meloncat ke luar, aku sangat merindukannya. Tapi seperti tulisan ini, rinduku padanya hanya sebatas tulisan, tidak pernah terwujud.